PEMBUNUHAN BARCODE
Pembunuhan Barcode
Aku
Batrisya. Seorang perempuan yang mengalami mati suri pada umur 15 tahun. Ketika
aku terbangun dari mati suriku. Mataku berubah menjadi hijau. Orang-orang
menggangapku seperti monster. Sehingga sampai saat ini, aku terus
menyembunyikan mataku menggunakan softlens.
Pada
saat pagi hari, aku sedang duduk di balkon rumahku ditemani dengan secangkir
susu dan suara kicauan burung, lalu tiba-tiba ayah menghampiriku sambil membawa
koran di tangannya dan duduk tepat disampingku, lalu ayah langsung membaca
koran yang dibawanya. Tiba-tiba, ayah membahas berita yang sedang dibaca
olehnya, isi berita tersebut adalah tentang bahayanya penggunaan softlens. Ayah
langsung menatapku tajam.
Ayah
bertanya “Apakah kamu menggunakan softlens, nak?”
Aku sontak kaget dan dengan spontan aku
menjawab “iya ayah”
Ayah
langsung menyuruhku untuk melepas softlensku. Aku langsung melepas softlensku
dengan tangan gemetar. Ketika aku sudah melepas softlensku.
Ayah
menatapku tajam. Ayah lansung panik
melihat mataku berubah menjadi warna hijau. Ayah bertanya
“Ada apa dengan matamu?” aku bingung harus
menjawab apa karena aku sendiripun tidak tau mengapa mataku seperti ini?
Aku hanya menjawab “aku tidak tau”
ayah
bertanya lagi “bagaimana bisa? Kamu tidak tau tentang tubuhmu sendiri!! Ya
sudah kita ke rumah sakit saja sekarang!!”
tanpa
berpikir panjang, aku langsung mengganguk tanda setuju “Ayah benar, aku harus
menanyakan ini kepada dokter” aku bergumam dalam hati.
Aku
langsung mengganti pakaianku memakai celana jeans
dan crop top favoritku. Ayah langsung
memanggil pak Karman atau supirku yang sudah bekerja sejak aku kecil, dan pak
Karman langsung menyalakan mobil dan aku bersama ayah langsung bergegas ke
rumah sakit.
Sesampainya
di rumah sakit, ayah langsung mendaftarkanku dan tidak lama namaku sudah
dipanggil oleh suster yang tandanya aku dan ayah sudah harus memasuki ruang
dokter. Aku duduk disamping ayah yang berhadapan dengan dokter.
Ayah
menceritakan semua yang ayah lihat.
Dokter
lalu bertanya “Coba kamu ceritakan semuanya sayang” aku diam seketika dan
langsung menceritakan semuanya.
“mungkin
kalau aku ceritakan semuanya akan sangat panjang. Intinya, 1 tahun yang lalu,
aku mati suri karena kecelakaan, ketika aku bangun dari mati suriku tiba tiba
aku menemukan mataku sudah berwarna hijau dan aku..” kata-kataku terpotong, apa
aku harus menceritakan ini juga??
“ada
apa?? Cerita saja tidak usah sungkan-sungkan” kata dokter,
“aku..aku
tiba tiba merasa tubuhku tengah berada disebuah halte di tengah-tengah kota dan
aku melihat dengan kepala dan mataku sendiri kalau aku melihat kartun favoritku
lagi bercengkrama dengan teman-temannya. Aku kira, aku sedang mimpi pada saat
itu,tapi.. kata kakak aku, aku sempat menghilang dari tempat tidurku” kataku
yang berusaha menjelaskan.
Pak
dokter kelihatan bingung sekali sambil sesekali membuka buku-buku yang entah
tentang apa. “coba saya periksa sebentar”
Aku
mengikuti dokter ke kursi periksa dan dokter dengan tiba-tiba langsung
melihat-lihat mataku dengan tajam. Tapi aku tidak merasakan apa-apa.
“Hey
Batrisya, kamu tidak kesakitan?,biasanya pasien-pasienku akan meringis
kesakitan” tanya dokter
“Tidak
dok,aku tidak merasakan apa-apa” tanyaku sambil sedikit bingung.
Pemeriksaan
selesai.
“Pak,saya
tidak tau apa yang diderita anak bapak tapi, mungkin ini kekuatan Batrisya yang
diberi oleh Tuhan, kalau bapak masih penasaran, bapak boleh bertanya ke
psikolog.” Jelas dokter,
Ayah
kelihatan lemas dengan sesekali melihat kearah-ku “Ya sudah dok, terima kasih”
Suster mempersilahkan aku dan ayah keluar ruangan. Ketika sudah diluar ruangan,
Ayah
bilang “Apa kamu ingin pergi ke psikolog atau kamu akan menjalani kehidupan
kamu dengan seperti ini, memiliki kekuatan dan tidak akan merasakan sakit?.
Sekarang,keputusan ada di kamu, Sya” ayah bertanya serius.
Aku
menjawab “Aku akan membiarkan ini berjalan dalam kehidupan aku, yah” jawabku
dengan yakin
“Itu
keputusan kamu, yang penting selalu jaga dirimu baik-baik ya Sya..” kata ayah
sambil membelai rambutku
“Pasti
yah” jawabku sambil tersenyum kepada ayah,
Ayah
tersenyum kembali. Ayah dan aku langsung pulang ke rumah dan beristirahat.
1
tahun selanjutnya. Aku masih Batrisya yang biasa. Aku sudah bisa menggunakan
kekuatanku dengan bijaksana. Aku juga tidak merasa disulitkan karena memiliki kekuatan. Hari-hari aku
jalani dengan selalu semangat dan tetap positif. Seperti biasa, aku bangun pada
pukul 05.30. aku bergegas mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi sambil
sedikit merenggangkan badanku. Seleai mandi, aku langsung memakai seragam yang
sudah aku siapkan malam tadi dan langsung mengambil tas sekolahku.
“Ayah,
aku pergi ke sekolah ya…sampai nanti ayah..” ayah tersenyum
“Iya..selalu
jaga dirimu ya..” jawab ayah,
Aku
langsung berlari ke ayah dan mencium pipinya
“PASTI”
aku langsung bergegas ke bus sekolah yang sudah menungguku di depan rumahku.
Aku
masuk dengan gembira dan menemukan sahabatku tengah mendengarkan musik dari Handphone-nya. Nama dia Tisya. Dia
sahabatku dari sejak aku kelas 1 SMA, kini aku berada di kelas 3 SMA. Dia
sangat baik dan seru. Aku berniat
mengagetkannya
“HUA!!”
aku mengagetkan dia,
Seperti
dugaanku dia kaget sampai melompat dari tempat duduknya, aku tertawa lepas
sampai batuk
“HUAHAHAHAHAHA”aku
tertawa
“KENAPA KAMU USIL BANGET SIH??!!” Kata dia.
“Itu sudah sifatku, ehehe” jawabku tanpa ada
rasa bersalah.
Bus sekolah ternyata sudah sampai di depan
gerbang sekolahku
“Seperti
biasa..” kataku
“Tidak
terasa” kata aku dan Trisya dengan kompak.
Bel
sekolah sudah berbunyi tandanya kita sudah harus masuk kelas dan mengawali
pembelajaran. Ketika pelajaran ke-8, itu adalah pelajaran Kimia dan guru yang
biasa mengajar kita biasanya selalu memakai minyak kayu putih banyak sekali dan
pasti mengganggu teman-teman di kelas,terutama aku. Seperti pelajaran dia tadi,
aku tidak sempat memperhatikan materinya. Aku melihat kayu putih yang banyak
sekali,sampai-sampai menutupi papan tulis yang berisi materinya.Sungguh
menyedihkan.
Bel
pulang telah berbunyi. Murid-murid langsung bubar ke rumahnya dan tujuannya
masing-masing. Trisya lagi mengikuti tambahan pelajaran karena seminggu yang
lalu ia tidak masuk karena terkena cacar dan akibatnya ia tertinggal pelajaran.
Sehingga, aku pulang sendiri. Aku bergegas ke halte tempat bus sekolah biasanya
parkir. Tiba-tiba aku menabrak salah seorang cowok tinggi dan mungkin tampan.
“Maaf..aku
tidak sengaja” aku meminta maaf sambil menunduk.
“ah,
tidak apa-apa,ini bukan salahmu “ jawab dia.
Aku
melihat dia dari atas sampai bawah
“Kamu?kamu
seorang intelejen?” tanyaku
“Hei,
bagaimana kamu tau??” tanya ia balik
“Aku..aku
bisa melihat bau, aku melihat kamu memakai parfum yang biasanya dipakai oleh
intelejen, ya..bau kayu manis” jelasku
“Melihat
bau? Kelebihan yang menarik.. Siapa namamu?” tanya ia lagi
“Namaku
Batrisya..” aku memperkenalkan diri
“Namaku
Vello.. ini kartu namaku, ada kasus yang aku lagi selidiki dan sepertinya itu
cocok denganmu. Kalau kamu tertarik. Hubungi aku atau langsung saja ke
kantorku” tawar dia sambil memberiku kartu namanya.
“Ok”
aku menjawab dengan singkat dan langsung bergegas jalan begitu saja.
Aku
sudah sampai rumah dan ayah belum pulang kerja, tiba-tiba aku menemukan kartu
nama Vello di saku rok-ku.
Sambil
melihat-lihat kartu nama itu
tanpa
pikir panjang “Kayaknya aku tertarik” kataku dalam hati,
“Tetapi
tetap saja, aku harus minta izin sama ayah”
Tiba-tiba tanpa tersadar aku terlelap di alam
mimpi. Aku tertidur.
Ketika
aku bangun, aku mendengar suara orang mengambil air, aku juga melihat parfum
yang dipakai ayah.
Itu
berarti “AYAH SUDAH PULANG!”
aku
langsung menghampiri ayah yang sedang mengambil minum di dapur rumahku.
“Yah, ada yang harus aku bicarakan
dengan ayah” kataku
“Sebentar,
kamu tunggu di ruang tamu ya” jawab ayah
“Siap ayah”
Ayah
memang tidak akan heran jika anak sematawayangnya ini akan langsung berbicara
serius sehabis ia pulang kerja. Kita sudah biasa. Aku langsung bergegas ke
ruang tamu dan tidak lama ayah mengahampiriku aku mengawali pembicaraan
“Jadi
begini yah…” aku menjelaskan sejelas-jelasnya yang aku alami tadi siang sehabis
pulang sekolah.
“Ayah
akan izinkan kamu untuk masuk ke kasus itu, tapi, apa kamu serius, cowok itu
adalah intelejen benar dan bukan palsu??’ tanya ayah tegas
“Aku
yakin, ini kartu namanya” yakin aku sambil memberi kartu nama Vello ke ayah
Ayah
melihat dengan fokus ke kartu namanya.
“Ok,
jadi besok aku ke kantor dia ya yah..” kataku
“Iya,
hati-hati ya” kata ayah
“Yah,
tapi kalau kasusnya di gunung, apa tidak apa-apa yah?” tanyaku
“Kamu
sudah dewasa, tapi selalu ingat kata ayah, jaga diri ya nak” jawab ayah
“Pasti
yah” jawabku sambil tersenyum ke ayah
Besoknya
aku langsung menemui Vello di kantornya.
“Bisa
bertemu dengan Vello?” tanyaku kepada resepsionis
“Bisa,
saya hubungi dulu ya, silahkan tunggu di ruang pertemuan” jawab dia
“Oh
iya” kataku
Tidak
lama, datang seorang cowok, tingginya sekitar 175 cm dan pastinya memakai
parfum yang sama ketika kita bertemu kemarin. Cowok itu pastinya Vello.
“Batrisya??”
tanya dia
“Benar
sekali, kamu Vello??” tanya balik aku
“Iya,
senang bertemu anda kembali” sapa dia
“Ah
iya, aku tidak mau berbasa-basi Vello. Aku tertarik dan aku setuju mengikuti
kasus ini. Kalau boleh tau, apa kasus ini?” tanyaku langsung
“Baguslah
kalau kamu setuju, oh yaa kasus ini adalah hilangnya selebriti papan atas,
Tifanny Hwang” jawab dia jelas
“Apa
kamu bisa jelaskan kronologis kehilangannya?” kataku
“Kami
telah menyelidiki, Tifanny terakhir dilihat oleh beberapa penggemarnya telah
liburan ke Puncak,Bogor.,karena stress menghadapi dunia layar kaca. Dia berniat
untuk berhenti di dunia layar kaca. Tetapi, agensi dia terus memaksa dia untuk
memperpanjang kontrak, akhirnya Tifanny
depresi dan meminta cuti selama 7 hari, tetapi sampai 10 hari ini, Tifanny
tidak pulang dan tidak ada kabar sama sekali, ada kemungkinan besar Tifanny
bunuh diri di Puncak. Tapi yang kita ingin tau, Apa motif bunuh diri beliau?”
jelas Vello
“Apakah
sudah ada yang ke TKP?” tanyaku
“Besok
kita ada rencana untuk ke TKP” jelas dia
“Aku
ikut, Boleh kan?” tawar aku
“Sangat
boleh, kita kumpul disini jam 07.00” jawab dia
“Pasti
saya akan datang” tegasku
Sesampainya
di rumah. Aku langsung membuka laptop dan mencari berita dan profil Tifanny.
Dia suka memakai parfum Sakura. Itu yang paling penting.
Besok
pagi, aku sudah bergegas memakai kemeja dan celana panjang serta memakai tas
ransel kecil yang sudah aku siapkan. Aku langsung pergi ke kantor Vello.
Vello
sudah menunggu di lobby depan.
“Batrisya,
ayo masuk, kita akan segera berangkat” ajak dia tanpa basa-basi
Aku
langsung bergegas ke mobil dan disepanjang perjalanan kami mengobrol tentang
Tifanny dan yang lain. Kita tidak berdua saja di sana. Ada juga Jessica yang
sudah menangani beberapa kasus bunuh diri dan pembunuhan.
Aku
sudah sampai di TKP, ternyata ada sungai disana dan…
“Aku
melihat ada bau sakura disana!!” teriak aku
Mungkin
aku teriak terlalu kencang sehingga..
Vello
refleks memukul aku di tengkuk leherku tapi,seperti biasa aku tidak merasakan
apa-apa
“Aahh
maaf” minta maaf Vello
“Tidak
ada masalah Vel, yang paling penting, aku melihat sakura dari dasar sungai itu.
Tifanny suka memakai parfum Sakura kan??” tanyaku
“Iya,
Sebentar, aku akan menelepon dan menyuruh orang untuk mengangkat mobilnya”
jelas Vello
Vello
langsung mengambil HP dan menelepon seseorang. Tidak lama mobil itu sudah
datang dan langsung mengambil mobil Tifanny dan benar saja disana ada mobil
yang tidak lain mobil Tifanny.
Mobil
Tifanny langsung diletakkan di parkiran dan saat pintu mobil paling depan
terbuka, ada seorang wanita cantik terbujur kaku di dalam mobil itu
“Jessica,
tolong cek” perintah vello
“Siap”
tegas Jessica
Jessica
langsung memeriksa badan Tifanny. Ada yang janggal ketika Jessica memeriksa
pergelangan Tifanny. Ada sayatan sepeti barcode yang biasanya dipakai pembunuh
untuk menentukan motif pembunuhan.
“PEMBUNUHAN
BARCODE” teriak Jessica
Jessica
dan Vello menghampiriku “Batrisya, kamu berhasil memecahkan kasus ini,
sehingga, kamu layak untuk masuk ke tim kami, dari detik ini. Kamu adalah tim
kami. Tim Khusus Intelejen (TKI)” tegas Vello.
“Terima
kasih banyak” aku menundukkan kepala 90° kepada mereka .
Kita
langsung pulang. Keluarga Tifanny tidak setuju untuk Tifanny di otopsi. Mereka
mau Tifanny tenang di atas sana.
Ayah
sangat bangga kepadaku. Ia sangat bangga dan tidak menyangka, anak
sematawayangnya bisa sukses dan masuk tim khusus intelejen
2
Hari setelahnya,
Aku
mengunjungi tempat istirahat terindah mama,
“Mah,
makasih sudah mengajarkan seribu hal yang sangat bermanfaat dan berguna… aku
rindu ocehan dan pelukan mama.. Insya allah aku akan selalu membanggakan mama
& ayah. Aku janji, aku akan sukses
dengan usahaku sendiri” kataku lalu aku mencium batu nisan beliau.
Komentar
Posting Komentar